...
Show More
Buku yang dibaca Bahasa Inggris, tapi review ditulis menggunakan Bahasa Indonesia.
Autobiografi ini ditulis langsung oleh Truddi, penderita multiple personality. Menceritakan perjuangannya mengenali diri sendiri yang hidup berdampingan dengan 92 personality lainnya. Bukan tanpa sebab, multiple personality yang dialami Truddi disebabkan oleh trauma masa kecil (sexual abuse) oleh orang terdekatnya, yaitu ayah tirinya.
Dibantu pskiater bernama Stanley, setiap kepribadian menceritakan apa yang ada dalam pikirannya masing-masing. Setiap kepribadian juga membawa memori masa kecil, sifat, dan tingkah laku yang berbeda-beda. Sehingga, memori masa kecil diceritakan dengan banyak versi, tergantung masing-masing kepribadian. Meskipun cerita yang diceritakan ada banyak versi, setiap cerita tersebut dapat dikaitkan dengan satu benang merah: trauma masa kecilnya yang mengalami sexual abuse oleh ayah tirinya.
Ketika baca buku ini, ada semangat yang muncul ketika tahu bagaimana sebuah pikiran bekerja, hingga bisa menimbulkan kepribadian-keprbadian baru. Hanya saja, jujur, baca buku ini cukup melelahkan karena masa kecil yang diceritakan sungguh menyebabkan trauma. Singkatnya, trigger warningnya sangat melelahkan jiwa.
Pada akhirnya, aku sadar, betapa buruknya sebuah tindakan pelecehan seksual bagi korban. Dampak psikis yang ditimbukkan bisa sangat besar, dan trauma yang pada akhirnya tidak bisa hilang berpuluh-puluh tahun, hingga usia dewasa.
Autobiografi ini ditulis langsung oleh Truddi, penderita multiple personality. Menceritakan perjuangannya mengenali diri sendiri yang hidup berdampingan dengan 92 personality lainnya. Bukan tanpa sebab, multiple personality yang dialami Truddi disebabkan oleh trauma masa kecil (sexual abuse) oleh orang terdekatnya, yaitu ayah tirinya.
Dibantu pskiater bernama Stanley, setiap kepribadian menceritakan apa yang ada dalam pikirannya masing-masing. Setiap kepribadian juga membawa memori masa kecil, sifat, dan tingkah laku yang berbeda-beda. Sehingga, memori masa kecil diceritakan dengan banyak versi, tergantung masing-masing kepribadian. Meskipun cerita yang diceritakan ada banyak versi, setiap cerita tersebut dapat dikaitkan dengan satu benang merah: trauma masa kecilnya yang mengalami sexual abuse oleh ayah tirinya.
Ketika baca buku ini, ada semangat yang muncul ketika tahu bagaimana sebuah pikiran bekerja, hingga bisa menimbulkan kepribadian-keprbadian baru. Hanya saja, jujur, baca buku ini cukup melelahkan karena masa kecil yang diceritakan sungguh menyebabkan trauma. Singkatnya, trigger warningnya sangat melelahkan jiwa.
Pada akhirnya, aku sadar, betapa buruknya sebuah tindakan pelecehan seksual bagi korban. Dampak psikis yang ditimbukkan bisa sangat besar, dan trauma yang pada akhirnya tidak bisa hilang berpuluh-puluh tahun, hingga usia dewasa.