...
Show More
Sebuah novel tentang 'beranjak dewasa' oleh Katherine Paterson (yang juga membuat, antara lain, Bridge to Terabithia) dan dialihbahasakan oleh penyair legendaris Sapardi Djoko Damono.
Saya sangat terkesan dengan versi film Terabithia, tapi karena belum baca novelnya, The Great Gilly Hopkins ini menjadi kali pertama saya membaca karya Mbak Katherine. Sesuai dugaan saya, langsung terasa cocok. Agak mengingatkan saya pada beberapa judul novel Judy Blume yang juga pernah diterbitkan di Indonesia: gambaran psikologi dan kehidupan keseharian anak pra-remaja denga nuansa kocak-getir-hangat yang pas.
Cerita ini tentang pengalaman Galadriel 'Gilly' Hopkins saat menjadi anak angkat seorang wanita hangat bernama Trotter + kakak angkat dari anak yang sangat pemalu, William Ernest. Gilly anak yang.... kepala batu, tidak sopan, hobi tawuran, egois, dan penuh amarah. Namun, saya suka dia. Saya suka proses pendewasaannya selama buku ini.
Teknik penulisannya bagus. Walau sudut pandang yang dipakai orang ketiga, tapi penggambaran suasana dan tokoh jelas disampaikan melalui 'bahasa' dan persepsi Gilly. Perlahan-lahan seiring berjalanya cerita, jenis kata sifat dan nada bercerita yang digunakan menjadi lebih halus dan menyenangkan. Dengan demikian, penulis dapat menggambarkan perubahan dalam diri Gilly secara implisit tanpa membatasi diri dalam sudut pandang orang pertama.
Ada sedikit ganjalan berupa gaya penerjemahan yang rasanya terlalu harfiah, terutama di bagian dialog (walau paling tidak, gaya Gilly yang ngomong-seenak-udel masih tersampaikan dengan kuat). Saya juga merasa ceritanya kurang panjang.... yah, ini bisa dianggap pujian, karena ini tandanya saya masih ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan tokoh-tokohnya.
Dari pengalaman saya berurusan dengan anak-anak bermasalah, saya mempelajari bahwa alih-alih 'anak baik' dan 'anak buruk', dikotomi yang lebih tepat adalah 'anak yang melakukan perbuatan baik' dan 'anak yang melakukan perbuatan buruk'. Yang kedua dapat berubah menjadi yang pertama berkat faktor lingkungan. Hal tersebut jelas tergambar sebagai tema buku ini. Pembaca mungkin akan jengkel melihat tingkah Gilly di puluhan halaman pertama, tapi lama-kelamaan akan terlihat kepribadian sebenarnya yang baik hati namun kesepian.
Buku yang sangat pas dibaca anak pra-remaja, maupun orang dewasa yang sedang berusaha mengingat kembali dan memahami psikologi anak seumuran itu.
Saya sangat terkesan dengan versi film Terabithia, tapi karena belum baca novelnya, The Great Gilly Hopkins ini menjadi kali pertama saya membaca karya Mbak Katherine. Sesuai dugaan saya, langsung terasa cocok. Agak mengingatkan saya pada beberapa judul novel Judy Blume yang juga pernah diterbitkan di Indonesia: gambaran psikologi dan kehidupan keseharian anak pra-remaja denga nuansa kocak-getir-hangat yang pas.
Cerita ini tentang pengalaman Galadriel 'Gilly' Hopkins saat menjadi anak angkat seorang wanita hangat bernama Trotter + kakak angkat dari anak yang sangat pemalu, William Ernest. Gilly anak yang.... kepala batu, tidak sopan, hobi tawuran, egois, dan penuh amarah. Namun, saya suka dia. Saya suka proses pendewasaannya selama buku ini.
Teknik penulisannya bagus. Walau sudut pandang yang dipakai orang ketiga, tapi penggambaran suasana dan tokoh jelas disampaikan melalui 'bahasa' dan persepsi Gilly. Perlahan-lahan seiring berjalanya cerita, jenis kata sifat dan nada bercerita yang digunakan menjadi lebih halus dan menyenangkan. Dengan demikian, penulis dapat menggambarkan perubahan dalam diri Gilly secara implisit tanpa membatasi diri dalam sudut pandang orang pertama.
Ada sedikit ganjalan berupa gaya penerjemahan yang rasanya terlalu harfiah, terutama di bagian dialog (walau paling tidak, gaya Gilly yang ngomong-seenak-udel masih tersampaikan dengan kuat). Saya juga merasa ceritanya kurang panjang.... yah, ini bisa dianggap pujian, karena ini tandanya saya masih ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan tokoh-tokohnya.
Dari pengalaman saya berurusan dengan anak-anak bermasalah, saya mempelajari bahwa alih-alih 'anak baik' dan 'anak buruk', dikotomi yang lebih tepat adalah 'anak yang melakukan perbuatan baik' dan 'anak yang melakukan perbuatan buruk'. Yang kedua dapat berubah menjadi yang pertama berkat faktor lingkungan. Hal tersebut jelas tergambar sebagai tema buku ini. Pembaca mungkin akan jengkel melihat tingkah Gilly di puluhan halaman pertama, tapi lama-kelamaan akan terlihat kepribadian sebenarnya yang baik hati namun kesepian.
Buku yang sangat pas dibaca anak pra-remaja, maupun orang dewasa yang sedang berusaha mengingat kembali dan memahami psikologi anak seumuran itu.