...
Show More
Confession:
- Skipped long ass intro by Hannah Arendt
- Didn't understand most of the thing, but I know uncle Ben is great anyway
Sudah lama saya ingin membaca karya-karya Paman Benjamin. Entah kenapa saya suka menyebutnya paman. Coba lihat saja fotonya, sangat menggemaskan. Illuminations berisi esai-esai Paman Benjamin, rata-rata, tentang sastra. Mulai dari Nikolai Leskov (jujur saya tidak pernah dengar nama ini sebelumnya), Kafka, Baudelaire dan Proust. Jujur saja saya tidak mengerti apa yang dia katakan. Penyebabnya ialah saya tidak pernah baca karya orang-orang itu. Namun, ada dua esai yang mungkin bisa sedikit dipahami, yakni The Work of Art in the Age of Mechanical Reproduction dan Theses on Philosophy of History (kalau tidak salah). Esai yang pertama menjelaskan tentang seni yang berhadapan dengan mode (re)produksi modern. Paman Benjamin banyak menjelaskan tentang perkembangan fotografi dan film. Esai kedua tentang sejarah, khususnya histomat. Namun, agak sulit dipahami karena Paman Benjamin menggunakan bahasa yang ndakik-ndakik dan puitis.
Secara keseluruhan, pertemuan pertama degan Paman Benjamin tidak mudah sama sekali. Hanya saja memang karya-karya macam ini tak bisa dibaca hanya sekali. Terlepas dari karyanya, bagi saya, Paman Benjamin adalah paman baik yang terlalu cepat mati. Paman Benjamin meninggal di Spanyol kala ia hendak kabur dari pemerintah Nazi. Andai saja kau hidup lebih lama, Paman.
- Skipped long ass intro by Hannah Arendt
- Didn't understand most of the thing, but I know uncle Ben is great anyway
Sudah lama saya ingin membaca karya-karya Paman Benjamin. Entah kenapa saya suka menyebutnya paman. Coba lihat saja fotonya, sangat menggemaskan. Illuminations berisi esai-esai Paman Benjamin, rata-rata, tentang sastra. Mulai dari Nikolai Leskov (jujur saya tidak pernah dengar nama ini sebelumnya), Kafka, Baudelaire dan Proust. Jujur saja saya tidak mengerti apa yang dia katakan. Penyebabnya ialah saya tidak pernah baca karya orang-orang itu. Namun, ada dua esai yang mungkin bisa sedikit dipahami, yakni The Work of Art in the Age of Mechanical Reproduction dan Theses on Philosophy of History (kalau tidak salah). Esai yang pertama menjelaskan tentang seni yang berhadapan dengan mode (re)produksi modern. Paman Benjamin banyak menjelaskan tentang perkembangan fotografi dan film. Esai kedua tentang sejarah, khususnya histomat. Namun, agak sulit dipahami karena Paman Benjamin menggunakan bahasa yang ndakik-ndakik dan puitis.
Secara keseluruhan, pertemuan pertama degan Paman Benjamin tidak mudah sama sekali. Hanya saja memang karya-karya macam ini tak bisa dibaca hanya sekali. Terlepas dari karyanya, bagi saya, Paman Benjamin adalah paman baik yang terlalu cepat mati. Paman Benjamin meninggal di Spanyol kala ia hendak kabur dari pemerintah Nazi. Andai saja kau hidup lebih lama, Paman.