Community Reviews

Rating(4 / 5.0, 100 votes)
5 stars
35(35%)
4 stars
26(26%)
3 stars
39(39%)
2 stars
0(0%)
1 stars
0(0%)
100 reviews
April 26,2025
... Show More
A diverse and fascinating collection of essays, including some of the more 'famois ones' (Politics and the English Language, the defense if Wodehouse) and some more obscure ones that are still fascinating (British smutty postcards, how the poor die). It's almost become cliche to comment on how ahead of his time Orwell was with his 1984 predictions but the politically minded will find a lot of similar prescience in his book in discussing the reaction of the intelligentsia to Russia and fascism ('fake news' isn't as recent as we may think).

Even if you don't share a particular view of Orwell's, his iconoclastic mind shines through in all his works - he has his own thoughts and views and a decent discussion to back them all up. He is the writer ever age needs, but rarely deserves.
April 26,2025
... Show More
George Orwell mengeksplorasi berbagai aspek sosio-politik dalam kumpulan esainya, mencakup kritik terhadap imperialisme Inggris, kompleksitas konsep-konsep humanisme, sepakbola, hingga pandangannya terhadap berbagai paham pada tahun berdarah Perang Dunia II dan era nazi Adolf Hitler.

Dalam esai "Catatan Tentang Nasionalisme" Orwell menggambarkan nasionalisme sebagai dorongan untuk memperoleh kekuasaan, mencapai prestise, dan bahkan mengidentifikasi variasi nasionalisme dalam bentuk komunisme, anti-semitisme, zionisme, fasisme, dan chauvinisme. Orwell dengan tajam mengkritik bahaya kata nasionalisme, menganggapnya sebagai alasan perang dan sulit menerima kritikan.

Melalui esai "Bagaimana si Miskin Mati" Orwell menggambarkan penderitaan orang miskin dan jajahan dalam sistem kesehatan, menyentuh isu mayat yang dijadikan materi percobaan. Orwell menyoroti bahaya kata nasionalisme dan menyatakan bahwa mereka yang mengaku sebagai nasionalis sering memanfaatkan rasa patriotisme untuk kepentingan politik.

Dalam "Semangat Olahraga" Orwell membahas kompetisi olahraga sebagai bentuk semangat perang, dengan lapangan menjadi medan pertempuran simbolis. Dia menyoroti aspek kekerasan, kebencian, dan ketidakpedulian terhadap aturan, menekankan bahwa olahraga dapat menjadi saluran untuk ekspresi nasionalisme.

Orwell juga mengkritik manipulasi narasi politik dalam "Politik dan Bahasa Inggris" menyoroti penggunaan bahasa yang buruk dalam politik dan merumuskan aturan dalam menulis untuk mencegah manipulasi. Dia menekankan pentingnya menghindari kata-kata klise, kata panjang yang tidak perlu, dan bahasa yang tidak jelas.

Dalam “Mengapa Saya Menulis” Orwell mengatakan bahwa penulis adalah seorang egois yang menyimpan sendiri alasannya sebagai misteri. Meskipun Orwell menolak disebut sebagai penulis masalah-masalah kemasyarakatan, dia menggambarkan proses menulis sebagai perjuangan yang melelahkan, menciptakan karya-karya yang menggugah dan menggetarkan dengan dorongan internal yang sulit dipahami.


REVIEW
Buku "Bagaimana Si Miskin Mati" berisi 20 esai-esai yang membuka pandangan baru bagi para pembaca dari sudut pandang Orwell dalam menanggapi berbagai permasalahan sosial. Namun, karena berbasis pemikiran dan pengalaman pribadinya, pemikirannya terasa sangat 'jauh' dan tidak lantas bisa dijadikan justifikasi dengan kondisi kita sebagai warga Indonesia saat ini.

Berbasis masa lalu, Orwell mengungkapkan pemikiran sejarah yang tetap relevan, terutama dalam pandangannya tentang nasionalisme dan patriotisme, di mana ia membedakan patriotisme sebagai bentuk bakti yang tidak memaksa ke bangsa lain dan defensif secara militer dan kultural, sementara nasionalisme terkait erat dengan hasrat untuk berkuasa.
April 26,2025
... Show More
Buku pertama tulisan Orwell yang dibaca, rekomendasi Kek Vera untuk tantangan baca 12 bulan. Alhamdulillah tersedia fisiknya di Perpustakaan Nasional. Jadi salah satu buku pertama yang dipinjam sejak punya Kartu Anggota.

Nonfiksi. Kumpulan essay. Jujurly, nggak terlalu bisa terkoneksi sama essay berbau politiknya, tapi kalau sudah tentang perbukuan dan konflik batin, langsung nancep di otak.

Setelah ini pengin baca karya Orwell yang fiksinya: Animal Farm ada di GD, kayaknya itu bakal jadi buku yang terpilih selanjutnya.
April 26,2025
... Show More
Some really good ones in here, even though i read the penguin collection
April 26,2025
... Show More
Hayvan Çiftliği ve 1984 romanları ile tanınan George Orwell (EricArthur Blair) roman yazarlığının yanı sıra gazetecilik ve politika ile edebiyat alanlarında yoğunlaşan deneme yazıları ile Britanya aydınları arasında müstesna bir yere sahip. Müstesna çünkü kendisini içinde bulunduğu entelektüel çevrelere tutunmasını sağlayacak aydınların ahlaki duruşlarını açıktan eleştirip silkeleyecek bir ahlak ve siyaset anlayışına sahip. Troçkist. İspanya İç Savaşı'nda karısı ile birlikte çarpışmış ve şans eseri hayatta kalmış.
"Edebiyat Üzerine" farklı dergi ve gazetelerde yayınlanmış yazılarından yapılmış titiz bir derleme. Yazıların içerikleri birbirini tamamlıyor. Edebiyat eleştirisine, dil, yayıncılık, sol ahlak, yazar duruşu gibi konulara kafa yoranların satırların altını çize çize ilerleyeceği bir kitap oluşturulmuş. Orwell, Britanya aydın çevrelerinin politika ahlakındaki kaypaklıklarını, İngilizlerin Stalin'e ve SSCB ile ittifaka toz kondurmamak uğruna göze aldıkları ilkesizlikleri orta yere boca ediyor ve batı özgürlükçülüğünün bir başka yüzünü gösteriyor.
Derlemede yer alan yazıların önemli bir kısmı Tribune'de yer almış. Googledan araştırınca diğer yazılarına da ulaşılabiliyor. Meraklısı için adres http://www.telelib.com/authors/O/Orwe...
Edebiyat meraklısı için kaçırılmaması gereken, Yunus Çetin'in yalın çevirisiyle zevkle okunacak bir kitap.
April 26,2025
... Show More
A collection of essays in which George Orwell recalled his school days and the lessons he taught that time, the lessons taught by life, not by teachers in classrooms. He also penned down his views about the writings of Charles Dickens and the influence of Gandhi on him.
April 26,2025
... Show More
I read this intermittently and skipped few essays for different reasons. I thoroughly enjoyed it and found it to be thought provoking, informative, and at times even amusing. I quite liked the whispers of Mr. Orwell in my mind’s ear and grown accustomed to it to some extent. I’ll miss it and plan on returning to read few essays that I saved for future reference or ones that were so beautifully written that I plan to reread them later on.
April 26,2025
... Show More
I read the Indonesian version by Penerbit OAK, so I'm gonna review it in Indonesian.

------

Siapa sih yang gak kenal George Orwell? Mungkin banyak yang belum pernah baca bukunya, tapi seenggaknya pasti tau 1984 dan Animal Farm yang dinobatkan jadi Books That Everyone Should Read At Least Once. Saya sudah baca keduanya (dan suka banget!) dan merasa esai ini penting dibaca supaya lebih paham latar belakang Orwell sebagai penulis yang kritis. Pengalaman Orwell yang sangat beragam; polisi Inggris di Burma padahal dia sangat benci kolonialisme, melihat orang miskin mati di bangsal Prancis, disiksa karena ngompol waktu sekolah, membuat esainya terasa kaya dengan berbagai sisi kehidupan manusia.

Harus diakui setiap esai dalam buku ini punya tingkat kesulitan yang berbeda untuk dipahami. Pengakuan bodoh saya; baca beberapa esai di awal gampang, di esai kelima langsung, "Hah, maksudnya???". Makin jauh bacanya, makin pusing juga kepala saya. Akhirnya saya ambil pulpen dan coret-coret semua poin yang bikin saya bingung. Saya bolak-balik ke Google untuk tau apa arti 'Trotskyisme', 'Jingoisme', dan baca rangkuman tulisan pengarang yang dikutip Orwell, seperti H.G. Wells, Rudyard Kipling, T.S. Eliot, dll. Semakin jauh saya baca, saya berkesimpulan bahwa politik adalah tujuan utama Orwell dalam menulis, apapun bentuk tulisannya.

Tiga esai favorit saya: Catatan tentang Nasionalisme (Notes on Nationalism), Semangat Olahraga (The Sporting Spirit) dan Mengapa Saya Menulis (Why I Write).

1. Catatan tentang Nasionalisme bikin saya tersinggung. Menurut Orwell, nasionalis hanya berpikir tentang kompetisi prestise dan berpikir bangsa yang dipilih adalah yang terbaik, meskipun kenyataannya berbeda. Nasionalis sama dengan pengidap skizofrenia; suka halu. Jelas saya tersinggung, kan saya nasionalis! Lalu Orwell menyebutkan tiga karakter utama nasionalis: obsesi, instabil dan ketidakacuhan terhadap kenyataan. Berat diakui, tapi memang ini karakter yang saya lihat ada di diri orang yang mencap dirinya sebagai 'nasionalis' (termasuk saya!). Di akhir, Orwell berpendapat semua orang harus berpolitik dengan mempunyai pilihan; mengakui satu tujuan lebih baik dari yang lain. Intinya, tentukan sikap dan jadi lebih terbuka terhadap fakta. Saya berdamai dengan sisi nasionalis saya setelah membaca esai ini karena sesungguhnya pemujaan atau kebencian nasionalistik ada di diri semua orang.

2. Semangat Olahraga menunjukkan sisi yang berlawanan dalam olahraga. Orang bilang olahraga bisa menyatukan seluruh umat manusia dalam semangat sportivitas, tapi bagaimana kalau ternyata olahraga hanya ajang untuk memuaskan naluri manusia akan prestise? Kalau menang disebut hebat, kalau kalah tertimpa malu. Belum lagi suporter yang tiba-tiba jadi agresif karena kalah. Oh, mungkin betul kalau olahraga adalah cerminan sifat manusia yang paling luhur (kalau menang) sekaligus paling barbar (saat kalah).

3. Mengapa Saya Menulis terasa sangat personal bagi saya. Orwell melatih kemampuan sastrawinya dengan membuat berbagai skenario tentang dirinya di kepalanya, sesuatu yang juga saya lakukan. Ada empat alasan orang menulis: egoisme (agar terlihat cerdas), antusiasme estetik (tipografi dan diksi), dorongan historis (dokumentasi pribadi) dan tujuan politik (menyatakan sikap/pandangan). Menurut Orwell, seseorang harus punya tujuan dalam menulis; luruskan niat! Contohnya, Orwell menulis untuk melawan totaliterisme dan mendukung sosialisme demokratis. Tanpa tujuan, bisa dipastikan karya sastra apapun hanya akan menjadi omong kosong tidak berguna. Esai ini membuat saya memikirkan ulang apa tujuan besar saya dalam menulis dan membantu mendefinisikan gaya menulis dengan menggabungkan tujuan politik dan artistik.

Setelah baca buku ini, saya merasa Orwell jauh lebih impactful sebagai penulis esai dibanding novelis. Novel butuh banyak eufemisme dan penyesuaian jalan cerita, sedangkan esai bisa ditulis sebagaimana adanya. Well, kritik tajam memang tidak pernah berjodoh dengan eufemisme.
April 26,2025
... Show More
Oddly I didn't enjoy the essays on Nationalism and the British revolution as much as the rest (I'd give them 4, rather than 5 stars), but I have no qualms about rounding up to 5 stars here.
April 26,2025
... Show More
Orwell's reputation rests, mainly, on 'Animal Farm' and '1984'. His other novels are considered less good. Who reads 'Keep the Aspidistra Flying' these days? Even 'A Homage to Catalonia', 'The Road To Wigan Pier' and 'Down and Out in Paris and London', the non-fiction, sits in the shadow of Animal Farm and 1984.

The essays range across various topics: literary criticism - the essay on Charles Dickens is a particularly fine example; cultural studies* - essays on 'Boys' Weeklies' and 'The Art of Donald McGill'; Writing; Social history - 'The Lion and the Unicorn' and Memoir - 'The Spike'; 'A Hanging' and 'Shooting an Elephant' being the best known but 'Such, Such Were the Joys' is probably the best, even if you wonder sometimes how true Orwell's memories are. I wrote a long essay at University on 'The Road to Wigan Pier' and discovered that he moved guest houses in Wigan because the first one he stayed at was a little too nice and he went to one that was notoriously awful. Ever since then I've felt that he was always looking for the lowest experience to strengthen his case. When he talks about the hospital in Paris where he was a patient in 'How The Poor Die' I felt that although he was telling the truth about his experience that the hospital he was in was a particularly bad example, which he admits himself.

I highlighted so many passages, which still ring true at the moment. Perhaps because we are living in a world flirting with totalitarianism again and where some of the questions Orwell was asking and answering are once again live. You can also see the threads in his Essays that are going to come together in '1984'.

He does hammer away at some particular enemies - the pro-Soviet left; pacificists; Catholics; Tories; Anarchists etc - and he is very good at pointing out the hypocrisy and the way we edit news and history to suit our political beliefs. Most of the time he is honest enough to face up to his own.
On the subject of the British left, he's excellent at pointing out how they refuse to face up to the basic patriotism of the British working class, a problem that Jeremy Corbyn failed to deal with. I was going to say he doesn't idealize the working class, but in a way he does. He does genuinely seem to believe, as he is to reiterate in '1984', that if there is any hope it it is the 'proles'.

There are some awkward moments. He throws the word 'pansy' around a couple of times, the language on race is of its time but I recommend that everyone should read these. Especially if you want to write non-fiction. I have so many sections highlighted that one could use in a contemporary arguement.


*For want of a better phrase.
April 26,2025
... Show More
Hoogtepuntjes maar ook veel matige puntjes. M'n eerdere korte verzameling was meer de moeite waard wel. Teveel politiek doet een mens niet goed.
Leave a Review
You must be logged in to rate and post a review. Register an account to get started.