Community Reviews

Rating(4.1 / 5.0, 29 votes)
5 stars
10(34%)
4 stars
11(38%)
3 stars
8(28%)
2 stars
0(0%)
1 stars
0(0%)
29 reviews
April 17,2025
... Show More
Beguiling with their simplicity, most of these poems were good, some were amazing (Ode to Enchanted Light, Ode to Peace and Quiet). I didn't enjoy them as much as his sonnets, but well worth reading. This particular edition of the book is beautifully illustrated with black and white drawings that add to the book's simple but beautiful quality.
April 17,2025
... Show More
Being Neruda this was better than most any random book of poetry I might pick up, but for some reason I wasn't all that impressed with his odes. I still have Odes to Common Things at hand but will read another poet first to give myself a break. Perhaps I will like those more than Opposites.
April 17,2025
... Show More
Poems that would be more appropriate for licensing out to Hallmark gift cards. But what else could one expect from a book published by the AOL Time Warner Book Group imprint Bullfinch?
April 17,2025
... Show More
This is a beautiful edition with nice pencil drawings.
April 17,2025
... Show More
puisi itu bunyi. dan neruda maestro untuk itu. sungguh puitis. pun jika kita -saya- tak tahu apa maksud dan makna kata dalam puisi neruda. semoga kau suka.

Dan saya baru tahu, bahwa Neruda pernah tinggal di Jakarta. Tepatnya saat bernama Batavia dulu. Saat itu tahun 1927 - 1932, Neruda menjadi konsul di Asia. Dia tinggal beberapa tahun di Jl Probolinggo -sepertinya di daerah Menteng ya-. Di Batavia juga, Neruda jatuh cinta kepada Maria Antonieta Agenaar, gadis blasteran Belanda-Melayu kelahiran Jawa. Pada tahun 1930 gadis itu akhirnya resmi menjadi istri Neruda. Pasangan ini bercerai pada tahun 1936 berbarengan berkecamuknya perang saudara di Spanyol.

Karir penyair Neruda memang akrab dengan aktivitas politik. Pada tahun 1945 Neruda resmi masuk partai komunis Cile. Sebagai penganut marxisme dia sempat bertemu Fidel Castro, namun hanya berangkulan akrab. Castro menolak untuk berfoto bersamanya.

Neruda sungguh tak mengerti akan sikap Castro itu. Dia membandingkan sikap Castro itu dengan sikap Che Guevara yang dinilainya cukup akrab dan suka berkelakar. Bahkan, Neruda terharu mendengarkan cerita Che, kalau salah satu karyanya dibacakan Che kepada para gerilya di Sierra Maestra di Kuba. Beberapa tahun kemudian Neruda gemetar mendengar Che meninggal. Apalagi dia diberitahu bahwa di dalam ransel Che di hutan Bolivia hanya terdapat dua buku: buku Aritmatika dan buku karya Neruda.

Meski akrab dengan politik, tapi sebagian besar puisi Neruda bercerita tentang cinta. Beberapa kritikus sastra menempatkan puisi Neruda sebagai puisi yang humanis sehingga layak dianugerahi Nobel Sastra. Harapan itu terwujud pada tahun 1971. Penyair dengan nama asli Neftali Ricardo Reyes y Basoalto menerima Nobel Sastra. Meski ada pro dan kontra karena aktivitas Neruda yang akrab dengan politik. Meski demikian, di masa tuanya, Neruda yang menikah lagi dengan Matilda Urutti, hidup tenang di sebuah rumah yang mereka beri nama 'Isla Negara'. Rumah berarsitektur kapal di pinggir pantai pasifik.

Pada hari-hari akhir hidupnya Neruda mengatakan, "Aku selalu mengerjakan hal yang sama. Aku tak pernah akan berhenti melakukan hal itu, menulis puisi. Menulis bagiku seperti pekerjaan tukang sepatu, yang tidak makin baik atau makin buruk."

23 September 1973, menjelang pukul sebelas malam, Neruda meninggal karena kanker. Kematian Neruda hanya berjarak 11 hari dengan kematian Salvador Allende, Presiden Cile, yang dikudeta oleh Jenderal Augusto Pinochet pada 11 September 1973. Neruda dimakamkan dekat dengan Isla Negara. (diolah dari berbagai sumber)

---

Dus, membaca Odes to Opposites adalah membaca Neruda. Membaca Neruda adalah ikhtiar memahami kehidupan dengan segala hal yang melatarinya. Dari hal yang paling sederhana hingga hal yang sulit untuk dijelaskan.

Odes to Opposites adalah kumpulan 'puzzle' hidup. Yang menyusun kita sebagai manusia. Ada hujan, pagi, bahagia, sedih, ombak, laut, api, masa sekarang, masa lalu, masa depan, pun hubungan cinta yang rahasia.

Neruda mengajarkan tentang 'persengkokolan semesta' -meminjam istilah teman saya-. Kita bisa belajar hidup dari hujan. Kita bisa menanam harapan dari pagi. Dan kita bisa berterimakasih kepada siapa saja karena cinta. Memuliakan kehidupan dengan sesuatu yang kita punya. Meski dengan cara metafora. Kata Neruda, hanya dengan menjadi penyair, kau bisa mengatakan apa saja yang kau mau. Seperti seorang Mario Jimenez -tokoh dalam novel Il Postino- itu. Neruda menuntun tukang pos itu untuk mengerti metafora dengan penjelasan sepele: "Metafora adalah cara memerikan sesuatu dengan membandingkan dengan hal lain". Neruda pun lekas memberi pertanyaan: "Apa maksud langit menangis". Tukang pos dengan enteng menjawab: "hujan". Mario Jimenez dengan takjub mengatakan: "Itulah metafora!"

Dan hal inilah yang saya temukan dalam Odes to Opposites.

the rain returned.
it didn't come from the sky
or out of the west:
it came straight from my childhood.
night split open, a peal of thunder
rattled, the racket
swept every lonely corner,
an then
the rain came,
rain returning
from my childhood,
first
a raging
gust,
then
a planet's
soggy
tail...

rain,
sea of the upper air,
fresh,
naked rose,
voice of the sky,
black violin,
sheer beauty:
i have loved you
since my childhood
not for your goodness
but for your beauty...
Ode to rain hal 79.

---

Bahkan, ketika membaca Ode to a secret love halaman 139, saya mengimajinasikan ada kejadian sebagai berikut:

Ketika perempuan itu datang ke hidupku, aku sudah mempunyai Matilda. Dan Perempuan itu mempunyai Allende. Perempuan itu datang pada suatu malam, ketika alkohol membawa kami –saya dan perempuan itu- saling menggenggam. Dia menyandarkan kepalanya ke pundakku. Sementara aku terdiam memandang lampu di kafe itu. Hingga pada suatu detik, alkohol telah membuat bibir kami berdekatan dalam sebuah ciuman penuh aroma. Setengah mabok. Bahkan dia memelukku ketika kami memutuskan untuk pulang ke gumpalan permasalahan masing-masing. Aku dengan rapuhnya Matilda. Perempuan itu dengan keras kepalanya Allende. Kami bertemu di tikungan yang sepi dengan wajah yang ditekuk. Luka dan kesedihan membawa kami dalam hubungan tak bernama. Dalam sekejap. Hanya dengan tatapan, aku sudah melupakan Matilda dan anakku. Dan dia sudah melupakan Allende dan anaknya.

---

Puisi itu bunyi. Bunyi air yang mengalir. Pun karena itu ia berhasil mengikis batu. Neruda adalah maestro untuk itu.



April 17,2025
... Show More
Not the best work by Neruda. Or perhaps the translation is to blame? This should be one of the last books that die hard fans read.

When socialist dogma about poverty or justice is juxtaposed with imagery of nature, it seems jarring. It's as if these things flow naturally together in Neruda's mind, but not in my mind, and he makes no effort to link them. Rain turns into revolution in one poem, but I didn't feel it.

Favorite poems were Ode to Envy, Ode to Joy, and To My Duties.

Some lines that I enjoyed from the other poems:

Ode to Fall

The work of extinguishing the world...drawing wine from grapes...its a job for strong hands.

Ode to Spring

The wind delivers a green letter for all the trees to read....The whole world stretches, the whole world reaches out groping for substance in which to repeat its form.

Ode to Waves

Suddenly the salt shaker empties: motion is transformed into foam

Ode to Rain

I trudged along in my ruined shoes while threads of streaming sky unraveled over my head...
April 17,2025
... Show More
Beautiful book with simple, poignant verse and spot-on translations.
April 17,2025
... Show More
Some lovely pieces but juxtaposed with Communist agitprop. Neruda was a lifelong Communist politician from Chile who rose and fell with Allende in 1973. Although already dying from cancer, it is suspected that he was killed at the orders of Pinochet in 1973. Be that as it may, some of the odes are simply exquisite.
April 17,2025
... Show More
Reading these poems I can see easily why Pablo Neruda won the 1971 Nobel Prize for Literature. This bilingual edition has the odes in their original Spanish facing the translation in English, with pencil illustrations accompanying them. It was simultaneously fascinating and infuriating. I would read the original versions, trying to translate for myself, and then read the English versions to make sure I had complete comprehension (woo boy is my Spanish rusty) and I would come up again and again with phrases I would have translated another way. It makes me wonder what would have happened to these odes in the hands of a woman translator.

full review: https://faintingviolet.wordpress.com/...
April 17,2025
... Show More
. . . a few years after "Odes to Common Things," I found "Odes to Opposites." I don't find the simplicity as necessary here, but of course I still love it. After all, it is a book of Neruda poems.
April 17,2025
... Show More
randomly picked this up for an assignment and ended up really liking it! super fun and interesting to dig into and annotate and just good pieces of writing overall!
Leave a Review
You must be logged in to rate and post a review. Register an account to get started.