...
Show More
Entah mengapa, diantara segudang buku Grisham, buku-bukunya yang tidak bertema hukum justru yang menjadi favorit saya-kecuali yang 'The Rainmaker' dan 'A Time To Kill'--
Seperti halnya di buku 'The Bleacher', dengan lihainya Grisham mengaduk emosi pembaca dengan kehidupan getir sang tokoh utama. berbeda dengan 'The Bleacher' dimana tokoh utamanya adalah mantan pemain baseball terkenal yang kemudian hidup 'gagal', di buku APH, tokoh tamanya adalah sang tokoh cilik yang baru berusia 7 tahun, Luke Chandler
dengan gaya bicara ber-aku, Luke Chandler bercerita mengenai kemelaratan keluarga mereka yang hanya berprofesi sebagai petani kapas di daerah Arkansas era 1950-an. Hidup di tengah kemskinan, Luke dengan polosnya menunjukkan kecerewetannya dalam memandang dunia. ada saja yang dia komentari yang tak jarang membuat ingin tertawa, tapi saat yang lain justru membuat tercenung karena kisah getir yang dilihatnya.
ketika musim panen kapas pada tahun 1952 tiba, seperti keluarga petani miskin lainnya, keluarga Chandler menyewa pekerja untuk memetik kapas milik mereka. para pekerja ini tentu saja lebih miskin daripada keluarga mereka yang berasal dari pegunungan atau pendatang Meksiko. dan selama 2 bulan para pekerja ini tinggal di tanah keluarga Chandler, kisah suka duka di buku ini bergulir.
Tapi, musim panen tahun ini tidak seperti tahun sebelumnya. selain para pekerja yang lebih 'aneh', tapi musim panen mereka tahun ini terancam gagal panen karena banjir. padahal, bahkan saat sukses panen pun keluarga ini mesti hidup dengan cara super hemat, gagal panen jelas merupakan mimpi buruk.
Hasil kerja keras selama setahun musnah begitu saja padahal utang menjerat mereka. dan si kecil Luke, terdorong karena ingin membuat rumahnya indah seperti rumah para petani kaya, ngotot ingin mengecat rumahnya. padahal, cat merupakan benda mewah bagi keluarga itu...
Yang menarik di buku ini adalah bagaimana polosnya si Luke cilik dalam menghadapi kemiskinan yang menghimpit mereka, kemiskinan tidak harus dihadapi dengan keluhan dan kemiskinan bukan hambatan untuk bisa berbahagia.
Tapi, ada sesuatu yang aneh di buku ini. untuk seorang anak yang baru berumur 7 tahun, Luke jelas terlalu cerewet dan kritis. gaya bahasa yang ber-aku menurut cara pandang anak 'ingusan' terlalu kritis bagi seorang anak. bahkan saya sering menganggap bahwa tokoh Luke sebenarnya jauh lebih tua daripada yang ditulis Grisham memngingat buah pikiran Luke terlalu instens. seharusnya, untuk cara berpikir anak berumur 7 tahun, Grisham bagusnya memakai cara bercerita ala 'Forest Gump'-nya Winston Groom atau 'The Curious Incident of the Dog in the Night-time'-nya Mark Haddon. walaupun tokoh dalam kedua buku tersebut memiliki keterbelakangan mental, tapi cara berpikir mereka masih polos kekanakan. dan itu juga yang harusnya digunakan Grisham dalam menggambarkan si polos Luke. Bukannya Luke yang terlalu cerewet ala nenek-nenek.
Bagaimanapun, kepiawaian Grisham dalam meramu cerita kembali hadir di buku ini. kekurangan yang ada di buku ini tertutupi atraksi pamer kepiawaian bercerita. Dan juju, ada hal ucu lain mengenai buku ini. Untuk menggambarkan sebuah keluarga petani melarat, Grisham, harum memutar waktu dengan mengambil setting waktu era tahun 1950-an. dimana Amerika masih terseok-seok ekonominya. Grisham tidak mengambil setting waktu masa sekarang mungkin karena para petani mereka sekarang tidak ada yang miskin lagi. Coba kalau Grisham tinggal di Indonesia. Pasti cerita yang dibuat bakal lebih dramatis lagi, dan tak usah repot-repot memutar setting waktu ke belakang...T_T
Seperti halnya di buku 'The Bleacher', dengan lihainya Grisham mengaduk emosi pembaca dengan kehidupan getir sang tokoh utama. berbeda dengan 'The Bleacher' dimana tokoh utamanya adalah mantan pemain baseball terkenal yang kemudian hidup 'gagal', di buku APH, tokoh tamanya adalah sang tokoh cilik yang baru berusia 7 tahun, Luke Chandler
dengan gaya bicara ber-aku, Luke Chandler bercerita mengenai kemelaratan keluarga mereka yang hanya berprofesi sebagai petani kapas di daerah Arkansas era 1950-an. Hidup di tengah kemskinan, Luke dengan polosnya menunjukkan kecerewetannya dalam memandang dunia. ada saja yang dia komentari yang tak jarang membuat ingin tertawa, tapi saat yang lain justru membuat tercenung karena kisah getir yang dilihatnya.
ketika musim panen kapas pada tahun 1952 tiba, seperti keluarga petani miskin lainnya, keluarga Chandler menyewa pekerja untuk memetik kapas milik mereka. para pekerja ini tentu saja lebih miskin daripada keluarga mereka yang berasal dari pegunungan atau pendatang Meksiko. dan selama 2 bulan para pekerja ini tinggal di tanah keluarga Chandler, kisah suka duka di buku ini bergulir.
Tapi, musim panen tahun ini tidak seperti tahun sebelumnya. selain para pekerja yang lebih 'aneh', tapi musim panen mereka tahun ini terancam gagal panen karena banjir. padahal, bahkan saat sukses panen pun keluarga ini mesti hidup dengan cara super hemat, gagal panen jelas merupakan mimpi buruk.
Hasil kerja keras selama setahun musnah begitu saja padahal utang menjerat mereka. dan si kecil Luke, terdorong karena ingin membuat rumahnya indah seperti rumah para petani kaya, ngotot ingin mengecat rumahnya. padahal, cat merupakan benda mewah bagi keluarga itu...
Yang menarik di buku ini adalah bagaimana polosnya si Luke cilik dalam menghadapi kemiskinan yang menghimpit mereka, kemiskinan tidak harus dihadapi dengan keluhan dan kemiskinan bukan hambatan untuk bisa berbahagia.
Tapi, ada sesuatu yang aneh di buku ini. untuk seorang anak yang baru berumur 7 tahun, Luke jelas terlalu cerewet dan kritis. gaya bahasa yang ber-aku menurut cara pandang anak 'ingusan' terlalu kritis bagi seorang anak. bahkan saya sering menganggap bahwa tokoh Luke sebenarnya jauh lebih tua daripada yang ditulis Grisham memngingat buah pikiran Luke terlalu instens. seharusnya, untuk cara berpikir anak berumur 7 tahun, Grisham bagusnya memakai cara bercerita ala 'Forest Gump'-nya Winston Groom atau 'The Curious Incident of the Dog in the Night-time'-nya Mark Haddon. walaupun tokoh dalam kedua buku tersebut memiliki keterbelakangan mental, tapi cara berpikir mereka masih polos kekanakan. dan itu juga yang harusnya digunakan Grisham dalam menggambarkan si polos Luke. Bukannya Luke yang terlalu cerewet ala nenek-nenek.
Bagaimanapun, kepiawaian Grisham dalam meramu cerita kembali hadir di buku ini. kekurangan yang ada di buku ini tertutupi atraksi pamer kepiawaian bercerita. Dan juju, ada hal ucu lain mengenai buku ini. Untuk menggambarkan sebuah keluarga petani melarat, Grisham, harum memutar waktu dengan mengambil setting waktu era tahun 1950-an. dimana Amerika masih terseok-seok ekonominya. Grisham tidak mengambil setting waktu masa sekarang mungkin karena para petani mereka sekarang tidak ada yang miskin lagi. Coba kalau Grisham tinggal di Indonesia. Pasti cerita yang dibuat bakal lebih dramatis lagi, dan tak usah repot-repot memutar setting waktu ke belakang...T_T