...
Show More
Terlepas dari beberapa hal yang bikin kurang sreg, lima bintang tetap kuberikan. Buku yang luar biasa, yang menggambarkan kota Bombay (atau Mumbai) yang luar biasa, dengan penduduk yang luar biasa.
Orang-orang berdatangan di kota itu. Memburu harta. Memburu ketenaran. Mencari kehidupan yang lebih baik. Mengejar mimpi. Ada yang bertahun-tahun berjuang untuk menjadi bintang film. Sampai-sampai dia mengganti nama Hindunya menjadi nama Muslim karena 3 Khan (Aamir, Shakhrukh, Salman) menguasai perfilman Bombay. Ada yang menjadi penari bar yang bermimpi untuk menjadi Miss India. Ada yang 'mengabdi' pada Sena, 'mengabdi' pada India dengan cara mengenyahkan yang tidak segolongan dengan alasan nasionalisme mereka diragukan. Ada yang pergi dari kenyamanan di keluarganya dan memilih menjadi pemuda jalanan agar inspirasinya untuk berpuisi tidak pernah kering. Ada yang menjadi pembunuh bayaran. Ada yang menjadi polisi yang menggunakan segala cara untuk menginterogasi pembunuh bayaran atau sekalian membunuhnya. Kenapa dibunuh? Karena sistem peradilan tidak bekerja. Ada yang menjadi programmer yang bermimpi bekerja di Amerika agar kehidupan keluarganya terangkat. Ada yang sudah sukses di negara lain tapi kembali ke Bombay agar anak-anaknya bisa menghayati hidup sebagai seorang India. Ada juga yang setelah kaya raya lalu melepaskan diri dari dunia materi dan memilih hidup menjadi biarawan. Selain melepaskan diri dari materi mereka juga memutuskan hubungan suami-istri, bapak-anak, ibu-anak. Luar biasa.
Sebuah dunia yang aneh, seaneh film-film yang dihasilkan dari kota itu. Dan ternyata orang-orang perfilman Bombay tidak lah sekonyol film-film yang mereka hasilkan. Mereka adalah orang-orang yang intelek dan bekerja keras. Yang kadang-kadang juga putus asa dan berniat pergi meninggalkan kota mereka atau bahkan negara mereka. Bahkan ada yang membuat kelompok yang siap bermigrasi 'bedol desa' ke Canada jika keadaan di Bombay sudah tak tertahankan lagi. Tapi toh mereka tidak pergi juga :).
Orang-orang berdatangan di kota itu. Memburu harta. Memburu ketenaran. Mencari kehidupan yang lebih baik. Mengejar mimpi. Ada yang bertahun-tahun berjuang untuk menjadi bintang film. Sampai-sampai dia mengganti nama Hindunya menjadi nama Muslim karena 3 Khan (Aamir, Shakhrukh, Salman) menguasai perfilman Bombay. Ada yang menjadi penari bar yang bermimpi untuk menjadi Miss India. Ada yang 'mengabdi' pada Sena, 'mengabdi' pada India dengan cara mengenyahkan yang tidak segolongan dengan alasan nasionalisme mereka diragukan. Ada yang pergi dari kenyamanan di keluarganya dan memilih menjadi pemuda jalanan agar inspirasinya untuk berpuisi tidak pernah kering. Ada yang menjadi pembunuh bayaran. Ada yang menjadi polisi yang menggunakan segala cara untuk menginterogasi pembunuh bayaran atau sekalian membunuhnya. Kenapa dibunuh? Karena sistem peradilan tidak bekerja. Ada yang menjadi programmer yang bermimpi bekerja di Amerika agar kehidupan keluarganya terangkat. Ada yang sudah sukses di negara lain tapi kembali ke Bombay agar anak-anaknya bisa menghayati hidup sebagai seorang India. Ada juga yang setelah kaya raya lalu melepaskan diri dari dunia materi dan memilih hidup menjadi biarawan. Selain melepaskan diri dari materi mereka juga memutuskan hubungan suami-istri, bapak-anak, ibu-anak. Luar biasa.
Sebuah dunia yang aneh, seaneh film-film yang dihasilkan dari kota itu. Dan ternyata orang-orang perfilman Bombay tidak lah sekonyol film-film yang mereka hasilkan. Mereka adalah orang-orang yang intelek dan bekerja keras. Yang kadang-kadang juga putus asa dan berniat pergi meninggalkan kota mereka atau bahkan negara mereka. Bahkan ada yang membuat kelompok yang siap bermigrasi 'bedol desa' ke Canada jika keadaan di Bombay sudah tak tertahankan lagi. Tapi toh mereka tidak pergi juga :).